Ilmu
Histologi
Histologi
berasal dari kata histos yang berarti
jaringan dan logos yang berarti ilmu,
sehingga histologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
jaringan tubuh. Jaringan sendiri merupakan kumpulan sel yang memiliki bentuk,
susunan dan fungsi yang sama. Jaringan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
jaringan germinatif dan jaringan somatis. Di mana jaringan germinatif merupakan
jaringan yang menghasilkan sel benih atau gamet dan terletak di dalam gonad,
sedangkan jaringan somatis adalah jaringan tubuh (Lesson, 1985).
Ilmu Histologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang jaringan-jaringan normal yan terdapat pada ikan. Sedangkan
Histopatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jaringan yang tidak
normal atau jaringan sakit yag terdapat pada ikan. Untuk mengetahui jaringan
ikan yang normal dan jaringan tidak normal harus dilihat dengan seksama dengan
membandingkan antara kedua jaringan yang terdapat pada ikan yang diteliti. Jika pada ikan terdapat jaringan yang tidak
normal maka kemungkinan yang terjadi jaringan ikan tersebut terserang penyakit.
Dengan adanya spesies ikan yang berbeda-beda tersebut maka jenis parasit dan
penyakit ikan yang menyerang pada ikan berbeda-beda pula (Epple, 1992).
Teknik Pembuatan Preparat
Preparat
histologi dapat dibuat dengan berbagai cara yang berbeda-beda tergantung pada
tujuan pembuatan preparat dan organ yang akan diamati. terdapat beberapa
tahapan dalam pembuatan preparat diantaranya meliputi nercose, sectio,
labelling, fiksasi, washing, dehidrasi, clearing, infiltrasi, embeding,
sectioning, affixing, staining, mounting, dan labelling. Selain itu ada tiga
macam preparat histologi yang sesuai dengan tujuannya dan sering di gunakan
dalam praktikum, yaitu preparat apus, preparat bentang, dan preparat paraffin.
Pengklasifikasian ini juga didasarkan atas jenis organ yang akan diamati
(Carlos, 1998).
Berikut
merupakan beberapa tahapan dalam pembuatan preparat parafin :
1. Narcose
adalah upaya untuk membuat ikan percobaan dalam keadaan pingsan.
1.
Sectio adalah
pembedahan terhadap ikan contoh.
2. Labelling
bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pengamatan.
3. Fiksasi adalah
tindakan untuk mengawetkan jaringan/organ agar tidak rusak baik bentuk maupun
stuktur.
4. Washing
adalah membersihkan organ dari larutan fiksasi, kecuali fiksasi yang di gunakan
mengandung alkohol.
5.
Dehidrasi
adalah suatu cara untuk menarik molekul air dari sel jaringan dengan
menggunakan alkohol.
6.
Clearing
adalah suatu upaya untuk menarik alkohol dari jaringan dan menggantikannya
dengan xylol.
7.
Infiltrasi adalah
suatu upaya memasukkan parafin cair ke dalam rongga sel jaringan atau organ.
8.
Embending
adalah kegiatan pencetakan organ yang telah diinfiltrasi.
9. Sectioning
adalah kegiatan mengatur blok parafin sehingga sesuai dengan pisau mikrotome
yang di pakai.
10.
Affixing
adalah upaya merekatkan hasil potongan pada gelas kaca yang bebas lemak dengan
perekat yang terdiri dari campuran asam cuka, albumin dan aquades.
11.
Staining
adalah melakukan pewarnaan terhadap organ yang telah di sayat dengan mikrotome.
12.
Mounting
adalah menutup gelas benda yang berisi organ dengan Canada balsam satu tetes
kecil.
13. Labelling
adalah pencatatan kembali tentang detail dari jaringan pada gelas kaca seperti
nama organ, asal sampel, tanggal pembuatan, pewarnaan, dan abnormalitas.
Untuk mempertahankan struktur fisik jaringan agar tetap
terlihat jelas saat dimati, preparat harus diawetkan terlebih dahulu dan
potongan jaringan yang akan diamati harus diolah dengan tepat sebelum atau
secepat mungkin setelah diangkat dari tubuh ikan. Pengolahan yang dilakukan
pada preparat dan jaringan tersebut merupakan fiksasi. Fiksasi merupakan proses merendamkannya potongan organ ke dalam larutan
fiksasi, hal tersebut dilakukan agar dapat mengawetkan sebanyak mungkin
morfologi dan ciri molekulnya. Untuk memperoleh irisan yang tipis jaringan
harus diinfiltrasi sesudah fiksasi dengan parafin. Proses
embeding melalui dua tahap utama yaitu dehidrasi dan clearing. Air mula-mula
dikeluarkan dari fragmen yang dipendam dengan mencelupkannya secara
berturut-turut ke dalam alkohol kemudian dengan xylol. Jaringan sulit diamati
tanpa dipulas dibawah mikroskop cahaya karena
hampir semua jaringan tidak berwarna. Hampir semua pewarna dalam studi
histologi bersifat sebagai senyawa asam atau basa. Dari semua pewarna yang ada,
kombinasi hematoksilin dan eosin paling banyak dipakai, karena hematoksilin dan
eosin memulas unsur jaringan sehingga dapat menampakkan berbagai unsur jaringan
yang akan diamati. Hematoksilin memulas nukleus sel dan sitoplasma menjadi
merah dan kolagen menjadi merah muda. Banyak pewarna lain yang dipakai dalam
berbagai prosedur histologi, meskipun mereka berguna untiuk menampakkan
berbagai unsur jaringan, namun tidak menunjukkan sifat kimiawi dari jaringan
yang diamati (Carlos 1998).
Organ-oragan yang diamati
Insang
(Gills)
Pada hampir semua ikan, insang
merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari
lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di
dalamnya. Tiap-tiap fillamen insang terdiri atas banyak lamella, yang merupakan
tempat pertukaran gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur lamella itu yang
tersusun atas sel-sel epitel yang tipis pada bagian luar, membran dasar dan
sel-sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamella yang tidak
menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epitelium dan
mengandung jaringan pembuluh darah kapiler. Jumlah dan ukuran lamella sangat
besar variasinya, tergantung tingkah laku ikan (Yushinta, 2004).
Pada ikan teleostei terdapat 5 pasang lengkung
ingsang. Empat pasang yang paling atas terdiri atas lamela-lamella primer,
lamella primer ini terdiri dari terdiri dari atas tulang rawan, pembuluh darah,
dan lapisan epithel. Lamela primer dikelilingi oleh lamella-lamella sekunder.
Di sinilah tempat berlangsungnya penangkapan oksigen dari air oleh haemoglobin
darah pada pembuluh darah arteri branchial efferent. (Gunarso, 1984).
Kulit
(Skins)
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau
corium. Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu melakukan
pembelahan untuk menggantikan sel-sel sebelah luar yang lepas dan untuk
persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum germinativum
(lapisan malphigi). Ukuran dermis lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri
dari sel-sel yang susunanya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan-ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga
dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis terkandung pembuluh darah, saraf,
dan jaringan pengikat (Lagler, et. al,
1977).
Lambung (Stomach)
Lambung ikan mempunyai bentuk yang sangat
bervariasi. Variasi bentuk lambung ini menunjukkan adanya beberapa adaptasi.
Pada ikan herbivor, lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti lambung
dari ikan gabus (Ophiocephalus striatus).
Pada ikan belanak (Liza subviridis),
lambung mengalami modfikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran
kecil tetapi dindingnya sangat tebal dan berotot. Pada Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambungnya mempunyai kemampuan
untuk menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan ini memakan
mangsa yang relatif besar ukurannya. Lambung
dimiliki oleh sebagian besar ikan. Pada beberapa ikan teleostei yang bertulang
sejati (Cyprinidae) tidak memiliki
lambung. Pada ikan-ikan tersebut tidak ada kelenjar lambung sehingga makanan
dari oesophagus langsung menuju ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh
rendahnya pH dan adanya pepsine di antara getah pencernaan. Pada beberapa ikan
seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga bagian ini
dinamakan lambung palsu. Contohnya pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang mempunyai lambung palsu (Tim Ikhtiologi,
1989).
Segmen kesatu
sampai segmen ketiga pada lambung ikan dapat dibedakan pada spesies ikan yang
berbeda-beda. Biasanya lambung tersusun dari bagian kardiac, korpus, dan
pyloric. Epitel mukosa dari masing-masing bagian adalah selapis dan berlipat.
Lipatan pada kardiac dangkal, tapi pada bagian lain lebih dalam. Sel-sel epitel
dari bagian kardiac berbentuk kuboidal dan sisanya adalah kolumnar tinggi.
Nukleusnya terletak terletak di dasar sel. Kelenjar gastric bersarang di dalam
lamina propria, terutama pada kardiac dan korpus, dan membuka ke dalam lipatan
mukosa yang lembut. Sel-sel sekretin yang menyusun kelenjar gastric adalah
berbentuk poligon dan berisi keping-keping yang jelas dengan hematoksislin dan
azokarmin. Mereka menempati dasar dari kelenjar gastric saat sel-sel mukosa
ditemukan pada bagian leher. Sebuah muskularis mukosa yang nyata kadang-kadang
ditemukan di sebelah dalam. Muskularis terdir dari otot yang polos tersusun
pada bagaian dalam tebal berbentuk sirkular dan bagian luar tipis berbentuk
memanjang (Hibiya,
Takashima, 1995).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar